Awal dan Akhir

by - July 12, 2017

"What is the beginning of eternity, the end of time and space, the first of every end, and the last of every race?"

Selasa, 13 Juni 2017 adalah hari dimana sebagian orang berpikir bahwa hari itu adalah titik awal perjuangan mereka dalam mencapai kesuksesan. Mungkin hal ini nggak berlaku bagi gue. Iya, hari itu gue nggak berhasil tembus ke bangku PTN. Mental gue bobrok. Bahkan gue udah nggak tahu lagi apa yang harus gue lakukan selanjutnya.

Di titik inilah gue baru sadar kalau hasil nggak akan mungkin mengkhianati usaha. Iya, gue sadar kalau usaha yang gue keluarkan nggak sebanding dengan apa yang gue harapkan. Terlalu optimis terkadang memang salah. Apalagi takabur. Entahlah. Mungkin waktu itu gue nggak terlalu menganggap serius hal ini. Bukannya belajar, hanya layar smartphone yang gue lihat sehari-hari. Gue orangnya memang gampang terdistraksi. Bikin tulisan nggak jelas kayak gini pun butuh waktu beberapa hari untuk kemudian gue publish. Sekitar 29 hari tepatnya.

...

Putus asa bukanlah pilihan. Walaupun sempat ada perasaan seperti itu, setidaknya kita punya jalan lain untuk meredam segala pahit yang telah berlalu. It's about time. Tidak seharusnya kita berpikir bahwa kegagalan adalah akhir dari perjuangan kita selama ini. Ini hanyalah permulaan. Jika dianalogikan, momen ini bagaikan markah yang membatasi suatu halaman dalam buku novel. Kita nggak mungkin bisa memulai untuk membaca novel tersebut berawalkan markah yang sebelumnya telah kita buat, tanpa membaca seluruh bagian awal cerita. Kita nggak akan bisa memulai perjuangan kita dimulai dari titik ini, tanpa melewati segala pahit dan manisnya kehidupan terlebih dahulu.

It's time to move forward. Walaupun sampai detik ini gue masih nggak tahu harus berjalan ke arah yang mana. Mencoba lagi tahun depan? Kalau kata Chris Martin sih, "nobody said it was easy". Selain gampang terdistraksi, pada dasarnya gue ini orangnya memang malas. Kalau saja nanti gue memutuskan untuk ikut bimbingan belajar, pada akhirnya semua itu akan percuma kalau gue sendiri belum bisa menghilangkan sifat malas ini. Mimpi doang gede, effort nya nol besar. Ironi ya guys.

Permasalahan berikutnya adalah... gue orangnya kurang percaya diri. Walaupun menurut hasil test yang gue dapat dari 16personalities.com itu ENFJ ("the protagonist", baca saja sendiri ya di Google), pada kenyataannya gue bukanlah orang yang katanya full of passion and charisma. Mungkin gue termasuk orang yang cukup mudah untuk berkomunikasi dengan orang-orang asing di media sosial, tetapi lain lagi di kehidupan nyata. Kurangnya percaya diri ini membuat gue ragu untuk mendapatkan hati seseorang yang mampu mendorong kembali semangat gue yang saat ini tenggelam dalam kelam. Anjir. Muka udah jelek, dompet pipih. Gimana caranya gue bisa ngajak jalan Pevita Pearce kalau kayak gini ceritanya, pikir gue.

...

"What is the beginning of eternity, the end of time and space, the first of every end, and the last of every race?"

Di bagian awal, gue nulis kayak gini maksudnya apa? Gue dapet kalimat ini dari salah satu temen gue, by the way. Mari kita kaji lebih dalam lagi.

Sebagian orang mungkin akan membacanya dan kemudian mulai menerka apa maksud dan jawaban dari kalimat tersebut. Bahkan gue sendiri dengan cepatnya menjawab kalimat tersebut saat pertama kali membacanya, predestination paradox kata gue. Dia pun tertawa karena maksud dari kalimat tersebut tidaklah seperti yang gue bayangkan. Saat membacanya dari awal sampai akhir, mungkin kalian juga akan berpikiran bahwa kalimat tersebut adalah sebuah pertanyaan yang biasa saja. Coba lihat perbedaannya saat gue ubah sedikit kalimatnya.

"What is the beginning of 'eternity', the end of 'time' and 'space', the first of every 'end', and the last of every 'race'?"

Iya, jawabannya adalah "E". Huruf awal dari kata eternity, huruf akhir dari kata time dan space, huruf awal dari kata end, dan huruf akhir dari kata race.

The point is... setiap kalimat pasti memiliki awal dan akhir, namun kita tetap harus memperhatikan setiap tanda baca yang terdapat pada kalimat tersebut agar kita dapat mengerti apa maksud dan tujuan yang sebenarnya.

Sama seperti kehidupan kita, setiap kehidupan pasti memiliki awal dan akhir, namun kita juga harus menghargai segala nilai-nilai kecil yang terjadi di dalam kehidupan kita. Sentimental value.

Disaat kita memahami betapa berharganya nilai-nilai tersebut, kita akan mengerti bahwa pada akhirnya kita akan menemukan jawaban-jawaban yang kemudian bisa membawakan jalan untuk kita keluar dari situasi pahit yang mungkin saat ini sedang kita hadapi.

Walaupun saat ini gue gagal tembus ke bangku PTN dan masih saja jomblo, setidaknya gue harus menghargai setiap keputusan tersebut. Karena dengan ini gue akhirnya dapat memahami bahwa mungkin di titik inilah gue seharusnya berjuang untuk lebih keras lagi sehingga dapat meraih apa yang sudah gue harapkan sejak dulu. Meraih hati Pevita Pearce, tepatnya.

Jalan terus.

Iya, ini Lisa BLΛƆKPIИK. Biar manis aja gitu artikelnya, kayak doi.

You May Also Like

4 comments

  1. Betul banget, semua yang kita lakuin itu inti nya ga ada yang percuma, jadi ga boleh bilang kalo ga ada hasil segala macem, tetep semangat!

    mampir juga ya! diansaurs.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai! Nah, itu yang terkadang orang-orang awam lupakan.. mundur lebih dini. Thank you, anyway hehe

      Delete
  2. Yang penting usaha, hasil itu nomor 2. Usaha yang baik bakal menghasilkan hasil yang baik pula. Kalau memang gagal, ya sudah, pasti ada hikmah dan maksud tersembunyi dari kegagalan itu #wasek #MikeLagiBijak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang penting aksi bukan emosi doang ya, bang hehe

      Delete